TEHNIK PEMANENAN MADU LEBAH HUTAN Apis dorsata F. BERWAWASAN SUSTAINABLE FOREST MANAGEMENT

Oleh:

Purnomo dan Avry Pribadi

Peneliti pada Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan – Kuok

avrypribadi@gmail.com

 

 

ABSTRAK

 

Azas pengeloaan hutan lestari (sustainable forest management), adalah prinsip pengelolaan hutan dengan tetap mempertimbangkan faktor kelestarian produksi, ekologis dan social. Jumlah petani pemungut madu lebah hutan di propinsi Riau mengalami peningkatan dari tahun ke tahun akan tetapi hal ini berbanding terbalik dengan produktivitas panen madu yang dihasilkan. Oleh sebab itu diperlukan usaha pengenalan tehnik dalam pemanenan madu hutan A. dorsata yang lebih berwawasan pada azas Sustainable Forest Management. Tehnik pertama adalah perlakuan dengan pembersihan sarang tua menunjukkan bahwa koloni lebah  A. dorsata lebih cepat 8 hari menempati dahan yang telah dibersihkan dari sisa sarang tua koloni A. dorsata sebelumnya jika dibandingkan dengan dahan yang tidak dibersihkan. Tehnik kedua adalah sisa sisiran madu yang diberi perlakuan dengan dibersihkan, maka sarang tersebut akan langsung dibangun oleh koloni lebah A. dorsata dengan membentuk sisiran madu. Sedangkan pada tehnik perlakuan tanpa pembersihan sisa sisiran madu yang menempel pada dahan menunjukkan bahwa koloni lebah A. dorsata tidak membangun sisiran madu pada bagian tersebut, akan tetapi membangun sisiran madu dengan merubah fungsi sisiran brood menjadi sisiran madu. Diharapkan pengenalan dua tehnik ini dapat mengurangi potensi kerusakan dan penurunan hasil A. dorsata yang akan berdampak pada petani pemungut madu itu sendiri.

 

Kata kunci: Pohon Sialang, Apis dorsata, Sisiran madu, Tehnik panen madu

 

  1. Pendahuluan

Jenis lebah hutan (Apis dorsata F.) sampai pada saat ini masih diandalkan sebagai jenis lebah pemasok produk madu nasional. Jika dilihat dari potensi keberadaan lebah, kemampuan adaptasi terhadap lingkungan, dan dukungan tanaman pakan lebah yang memiliki kisaran yang luas serta stigma yang berkembang di masyarakat tentang khasiat yang dinilai lebih jika dibandingkan dengan lebah budidaya maka pengelolaan lebah jenis ini memiliki peluang yang sangat besar untuk dikembangkan menjadi industri perlebahan. Lebah hutan Apis dorsata merupakan lebah madu Asia yang paling produktif menghasilkan madu, membuat sarang dengan hanya satu sisiran yang menggantung di dahan dan ranting pohon, langit-langit terbuka dan tebing jurang bebatuan, karena itu sampai sekarang para ilmuwan belum berhasil membudidayakan Apis dorsata dalam bentuk tertutup (Dyer, 1985). Sisiran sarang dapat mencapai 2×1 meter dengan hasil bisa mencapai 20 kg/sarang. Spesies ini berkembang hanya di kawasan sub-tropis dan tropis Asia, seperti Indonesia, Phillipina, India, Nepal, dan tidak terdapat di luar Asia (Wikipedia, 2012).

Lebah A. dorsata membangun sarangnya di dahan pohon. Satu pohon sialang bisa berisi sampai 50 sarang bahkan lebih, dimana tiap sarang bisa berisi sampai kira-kira 10 kg madu, sehingga jika diakumulasikan mampu memproduksi ratusan kilogram madu lebah pohon sialang (Purnomo et al., 2006). Sialang adalah jenis pohon yang besar dan tinggi batangnya, garis tengah batang pohonnya bisa mencapai 100 cm atau lebih, dan tingginya bisa mencapai 25 sampai 30 meter. Sedangkan kawasan pohon-pohon tempat lebah bersarang tersebut dikenal dengan sebutan Kepungan Sialang. Beberapa jenis pohon yang biasa yang dihinggapi lebah antara lain sulur batang, Randu, rumah ketuang, dan cempedak air. Pohon Sialang merupakan jenis tanaman yang dilindungi secara hukum baik undang-undang pemerintah maupun hukum adat. Hal ini dimaksudkan agar kelestarian pohon-pohon tersebut tetap terpelihara sebagai tempat bersarangnya kelompok lebah yang menghasilkan madu sebagai salah satu sumber penghasilan masyarakat desa sekitar hutan.

Jumlah petani pemungut madu lebah hutan di propinsi Riau mengalami peningkatan dari tahun ke tahun akan tetapi hal ini berbanding terbalik dengan produktivitas panen madu yang dihasilkan (Purnomo, 2003). Rendahnya produktivitas hasil panen madu lebah hutan ini disebabkan oleh beberapa factor yang salah satunya adalah manajemen pengelolaan koloni lebah A. dorsata pada berbagai jenis pohon sialang yang belum efektif khususnya mengenai perhitungan siklus koloni yang berguna untuk menentukan waktu yang tepat untuk panen dan manajemen pohon sialang berupa manipulasi atau pemberian beberapa perlakuan pada pohon sialang untuk dapat meningkatkan jumlah koloni yang kemudian akan berdampak pada peningkatan jumlah panen madu yang diperoleh.

Azas pengeloaan hutan lestari (sustainable forest management), adalah prinsip pengelolaan hutan dengan tetap mempertimbangkan faktor kelestarian produksi, ekologis dan social (Anonim, 1996). Pengamatan selama ini diperoleh informasi bahwa masih banyak petani pemungut madu hutan masih melakukan kegiatan pemanenan secara dekstruktif. Para pemanen madu hutan tersebut mengunduh seluruh sarang lebah hutan dari dahan pohon sialang dan membiarkan sisa sarang tertinggal di dahan (tidak dibersihkan). Hal ini akan menyebabkan kematian ratu lebah yang kemudian akan menyebabkan kematian koloni lebah hutan tersebut. Dampak jangka panjangnya adalah kehilangan mata pencaharian bagi para petani pemungut madu hutan .

Apabila kegiatan pemanenan secara destruktif dan konvensional ini tetap dilakukan secara terus menerus dikhawatirkan jumlah koloni lebah hutan akan mengalami penurunan populasinya di alam dan dampak jangka panjangnya adalah kehilangan mata pencaharian bagi para petani pemungut madu hutan. Oleh sebab itu diperlukan usaha pengenalan tehnik dalam pemanenan madu hutan A. dorsata yang lebih berwawasan pada azas Sustainable Forest Management.

 

  1. Kondisi umum lokasi studi

Kabupaten Rokan Hulu memiliki iklim tropis dengan temperatur 22 s.d  31 oC dan dengan ketinggian 70-86 m dari permukaan laut. Kabupaten Rokan Hulu merupakan Kabupaten di Provinsi Riau, yang terletak di Barat Laut Pulau Sumatra pada 100o – 10152 Bujur Timur dan 0o 15 -1o 30 Lintang Utara dengan luas wilayah 7.449.85 km2. Sentra produksi madu di kab. Rokan Hulu berada di kec. Bangun Purba, Rambah Hilir, dan Rambah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 1. Lokasi kab. Rokan Hulu – Riau

 

  • Tehnik dalam Pemanenan Sarang Lebah Apis dorsata dengan Pembersihan Sarang Tua

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap 2 jenis sarang tua yang diberi perlakuan pembersihan dan tidak dilakukan pembersihan pada pohon sialang berjenis Kapuk Randu (Ceiba petandra) bahwa sampai pada minggu III menunjukkan tidak adanya perubahan. Perubahan yang dimaksud adalah belum adanya tanda-tanda bekas sarang tersebut akan ditempati atau dibangun oleh koloni baru (tabel 1).

 

Tabel 1. Rekapitulasi pengamatan terhadap 2 perlakuan yang diujicobakan terhadap dahan yang terdapat sarang A. dorsata.

 

Perlakuan Ulangan Waktu pengamatan (minggu ke-i)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Sarang tua dibersihkan (dibuang dari dahan). 1 + + + + + + + + + +
2 + + + + + + + + +
3 + + + + + + + + + +
4 + + + + + + + + + +
5 + + + + + + + + + +
6 + + + + + + + + + +
                           
Sarang tua tidak dibersihkan (dibiarkan melekat pada dahan) 1 + +
2 + +
3 +
4 + +
5 + +
6 +

 

Keterangan:

+             : terbentuk koloni A. dorsata

  • : belum terbentuk koloni dorsata

 

Hal ini diduga dikarenakan belum adanya respon dari koloni lebah untuk kembali membangun sarangnya diakibatkan oleh beberapa hal, yaitu disorientasinya lebah pekerja terhadap keberadaan ratunya (sebagai akibat putusnya komunikasi akibat penggunaan asap) dan beberapa lebah melakukan pemecahan koloni karena adanya gangguan. Hal ini dapat dilihat pada pengamatan pohon sialang lain jenis kapuk randu yang berada pada radius 500 m dari pohon pengamatan. Pada pengamatan jumlah pohon sialang jenis kapuk randu yang berada pada radius 500 m diperoleh hasil bahwa hampir 50 % pohon sialang jenis kapuk randu ditempati koloni lebah A. dorsata (Tabel 2).

 

Tabel 2.    Kondisi pohon sialang jenis Kapuk Randu pada radius 500 m dari pohon sialang yang diobservasi.

 

Status pohon sialang jenis kapuk randu Jumlah
Belum pernah ditempati koloni lebah A. dorsata 8
Pernah ditempati koloni lebah A. dorsata 3
Sedang ditempati koloni lebah A. dorsata 4

 

Tabel 1 juga menginformasikan bahwa pada pengamatan minggu IV, pada dahan yang diberi perlakuan pembersihan dari sarang tua muncul tanda-tanda koloni lebah     A. dorsata sebanyak 5 dari 6 dahan yang diberi perlakuan pembersihan tersebut mulai ditempati koloni lebah A. dorsata. Sedangkan pada dahan yang tidak diberi  perlakuan pembersihan sarang belum menunjukkan adanya kehadiran koloni lebah A. dorsata. Pada minggu V sebanyak 6 perlakuan yang diujicoba dengan dibersihkan menunjukkan adanya keberadaan koloni baru sedangkan untuk sarang tua yang tidak dilakukan pembersihan dan dibiarkan di dahan, belum menunjukkan keberadaan koloni baru, bahkan mengalami pelapukan mulai pada minggu VIII dan pada minggu X, seluruh sarang tua yang diperlakukan dengan tidak dibersihkan mengalami pelapukan dan jatuh. Koloni lebah A. dorsata akan mulai menempati dahan tersebut pada minggu ke XII.

Pada pengamatan produktivitas madu menunjukkan bahwa rata-rata jumlah madu yang berhasil dipanen pada akhir pengamatan (hari XII) menunjukkan nilai tertinggi pada perlakuan dahan yang dibersihkan (19.25 kg/ koloni). Sedangkan pada perlakuan dahan yang tidak dibersihkan belum menghasilkan madu sampai akhir hari pengamatan karena belum ditempati oleh koloni A. dorsata (Tabel 1).

Terdapat beberapa persyaratan bagi pohon sialang untuk dapat ditempati oleh lebah A. dorsata, yaitu:

  1. Pohon relatif tinggi jika dibandingkan dengan keberadaan pohon lain di sekitarnya.
  2. Cabang ataupun dahan pohon memiliki sudut yang relatif datar dengan batang
  3. Pada cabang pohon sialang, kulit pohonnya tidak mudah terkelupas sehingga jika koloni dorsata menggantung pada cabang tersebut tidak akan jatuh (Rahman, 1992).

Berdasarkan beberapa pernyataan tersebut, keberadaan sisa sarang tua dari koloni       A. dorsata yang tidak dibersihkan akan mengganggu koloni baru A. dorsata untuk mulai bersarang pada cabang tersebut kembali. Hal ini tampak pada perlakuan sarang yang tidak dibersihkan, koloni A. dorsata akan mulai menempati cabang tersebut pada hari XII dan menunggu sarang tua tersebut lapuk dan jatuh terlebih dahulu.

 

  1. Tehnik dalam Pemanenan Sisiran Madu Lebah Apis dorsata dengan Pembersihan Sisa Sisiran Madu yang Melekat pada Dahan

Berbeda dengan tehnik pemanenan sebelumnya, tehnik pemanenan ini dilakukan dengan cara hanya memotong sisiran madunya saja dan meninggalkan sisiran anakan (brood). Pengamatan pada tehnik ini menunjukkan bahwa komposisi sarang lebah A. dorsata yang mengandung madu dan pollen hanya 10% saja, sedangkan sisanya sebesar 90% merupakan anakan (brood). Pemotongan sisiran madu dilakukan pada bagian sisiran sarang yang terjauh dari batang utama karena sisiran madu terletak pada daerah terjauh jika dilihat dari batang utama.

Perlakuan yang diberikan setelah pemotongan sisiran madu tersebut adalah dengan pembersihan sisa sisiran madu yang melekat pada dahan dan tidak dilakukan pembersihan (dibiarkan begitu saja sehingga meninggalkan sarang tua). Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada hari I setelah dilakukan pemanenan madu, kedua perlakuan masih menunjukkan adanya kerumunan lebah A. dorsata.

Setelah 7 hari, pengamatan menunjukkan pada perlakuan dengan pembersihan sisa sisiran madu telah terlihat dibangunnya sisiran sarang baru oleh lebah pekerja          A. dorsata. Sedangkan pada sisa sisiran madu yang tidak diberi perlakuan pembesihan, sarang terlihat sudah ditinggalkan oleh koloni lebah A. dorsata yang sebelumnya menempati sarang tersebut.

Setelah 28 hari sejak perlakuan, pada perlakuan dengan pembersihan sisa sisiran madu menunjukkan bahwa pada bagian tersebut telah terbentuk kembali dan menggembung. Hal yang berkebalikan terjadi pada sarang yang sisiran madunya tidak dibersihkan menunjukkan bahwa terjadi perubahan fungsi sisiran yang sebelum perlakuan merupakan sisiran untuk anakan (brood) menjadi sisiran madu.

 

 

Tabel 3. Rata-rata luas masing-masing jenis sisiran sarang (madu, pollen, dan brood) pada hari ke-28 setelah perlakuan.

Letak sisiran sarang Madu (cm2) Pollen (cm2) Brood (cm2)
Dibersihkan Tak dibersihkan Dibersihkan Tak dibersihkan Dibersihkan Tak dibersihkan
Sisiran bekas panen madu (ujung/bagian terjauh dari batang utama/bagian yang dipanen) 1050 0 264 0 0 0
Sisiran sarang bagian tengah (bagian yang ditinggalkan) 210 960 380 520 7210 6580
Sisiran sarang bagian pangkal (bagian yang dekat batang utama) 0 0 0 0 1027 1550
Jumlah 1260 960 644 520 8237 8130

 

Pada perlakuan dengan membersihkan sisa sisiran madu didapat luas sisiran memiliki nilai lebih tinggi (1260 cm2) jika dibandingkan dengan sisiran madu yang tidak dibersihkan (960 cm2). Kecenderungan yang sama juga tampak pada sisiran pollen dan brood yang memiliki nilai lebih tinggi pada perlakuan dengan pembersihan jika dibandingkan dengan perlakuan tidak dibersihkan (Tabel 3).

Kecenderungan rendahnya luas sisiran setiap bagian sarang pada perlakuan tidak dibersihkan diduga diakibatkan oleh keberadaan sisa sarang tersebut yang menjadi busuk sehingga memancing organisme pengurai (fungi dan decomposer) untuk berdatangan sehingga menjadikan sarang tua menjadi lebih lembab dan busuk. Keadaan ini diduga tidak disukai oleh lebah, terutama dengan meningkatnya kelembaban pada daerah sisiran tersebut akan mendatangkan penyakit yang disebabkan oleh fungi dan bakteri. Fungi dan bakteri memiliki kemampuan untuk hidup pada daerah-daerah yang memiliki kelembaban tinggi. Menurut Renich et al. (2011), beberapa penyakit lebah yang disebabkan oleh kehadiran mikroorganisme antara lain busuk larva (disebabkan oleh bakteri Bacillus larvae) dan fungi Nosema spp.

 

 

  1. KESIMPULAN DAN SARAN

V.1   Kesimpulan

Berdasarkan data dan pembahasan pada bagian sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:

  1. Pada tehnik perlakuan dengan pembersihan sarang tua menunjukkan bahwa koloni lebah dorsata lebih cepat 8 hari menempati dahan yang telah dibersihkan dari sisa sarang tua koloni A. dorsata sebelumnya jika dibandingkan dengan dahan yang tidak dibersihkan.
  2. Selain itu, rata-rata madu yang berhasil setelah setelah 12 hari juga lebih tinggi pada tehnik perlakuan dengan pembersihan dahan dari sarang tua (19,5 kg) jika dibandingkan dengan perlakuan tidak dibersihkan (0 kg).
  3. Pada tehnik pembersihan sisa sarang madu diperoleh informasi bahwa sisa sisiran madu yang diberi perlakuan dengan dibersihkan, maka sarang tersebut akan langsung dibangun oleh koloni lebah dorsata dengan membentuk sisiran madu. Sedangkan pada tehnik perlakuan tanpa pembersihan sisa sisiran madu yang menempel pada dahan menunjukkan bahwa koloni lebah A. dorsata tidak membangun sisiran madu pada bagian tersebut, akan tetapi membangun sisiran madu dengan merubah fungsi sisiran brood menjadi sisiran madu.

V.2   Saran

Jika dibandingkan dengan lebah komersial yang lain seperti A. milifera, lebah      A. dorsata belum dapat dilakukan usaha budidaya. Selama ini budidaya lebah            A. dorsata lebih dilakukan pada usaha eksplorasi dibandingkan budidayanya. Hal ini dikarenakan sampai saat sekarang belum ditemukan metode yang tepat untuk membudidayakan lebah liar ini. Memanipulasi tempat hidup mereka di pohon sialang merupakan salah satu cara budidaya yang dapat digunakan untuk mendapatkan madu A. dorsata. Jika selama ini sebagian besar petani pemungut madu hutan A. dorsata melakukan usaha pemanenan cenderung pada usaha yang destruktif dan kurang memperhatikan kelestarian serta keberlanjutan dari A. dorsata di alam, maka diharapkan pengenalan dua tehnik ini dapat mengurangi potensi kerusakan dan penurunan hasil A. dorsata yang akan berdampak pada petani pemungut madu itu sendiri.

 

DAFTAR REFERENSI

 

Anonim, 1996. Petunjuk Pemungutan Madu Hutan (Apis dorsata F.) Departemen Kehutanan Dirjen RLPS, Jakarta

 

Dyer, F.C. 1985. Nocturnal Orientation by the Asia honey bee Apis dorsata. Animal Behave (33), p:769-774

 

Purnomo, 2003. Potensi dan Peluang Usaha Perlebahan di Areal HTI Acacia mangium wild. Prosiding Temu Usaha Perlebahan 29 Juli 2003, Jakarta

 

Purnomo, Aprianis, Y., Junaedi, A., Rochmayanto, Y., Winarsih, A., dan Suhendar. 2006. Standarisasi dan Diversifikasi Produk Lebah Madu Hutan (Apis dorsata F). Laporan Hasil Penelitian (tidak dipublikasikan), Kuok

Rennich, K., Petitis, J., 2, Vanengelsdrop, D. and Hayes J., 2011. National Honey Bee Pests and Diseases Survey Report. Pennsylvania State University, Pennsylvania

 

Wikipedia. ______ . Lebah Apis dorsata. http:/ www.wikipedia.com. Diakses 10 Juli 2012